| 0 comments ]

Saat ini nilai kejujuran dalam dunia pendidikan Indonesia sedang mendapat sorotan publik. Terkuaknya aksi sontek massal dalam ujian nasional sekolah dasar (UN SD) di Surabaya dan Jakarta, menjadi cermin terdegradasi nilai kejujuran. Apalagi, kuat dugaan aksi itu dikoordinasi para guru yang seharusnya menjadi contoh bagi anak didiknya.

Di tengah kemirisan hati melihat kasus tersebut, ada oase di Banjarmasin, Kalsel. Siswa SMPN 5 Banjarmasin diajari bersikap jujur melalui tindakan nyata. Di sekolah itu dilakukan ujian (ulangan umum) tanpa pengawas.

Guru yang menjadi pengawas hanya membagikan soal. Setelah itu mereka keluar kelas. Dan, sepuluh menit menjelang waktu ujian selesai, mereka kembali masuk untuk mengumpulkan lembaran soal dan jawaban.

"Pengawas hanya masuk ketika membagikan soal dan lembar jawaban soal. Menanyakan apa ada soal yang buram atau rusak.
Baru masuk ruang lagi pada sepuluh menit menjelang uijian usai," kata Wakil Kepala SMPN 5, Hasna, Jumat (17/6/2011).

Bagaimana hasil ujian itu? Beragam. Nilai yang diperoleh siswa, berbeda-beda. Kondisi itu sesuai harapan para guru. Pasalnya, jika jawaban siswa banyak yang sama, maka bisa diindikasikan terjadi ketidakjujuran.

Menurut Hasna, sebelum melakukan tes kejujuran melalui ujian tanpa pengawas, mereka menanamkan nilai itu melalui kantin kejujuran. "Alhamdulillah, sudah dua tahun ini kantin itu masih bisa bertahan. Tidak semua jujur, namun kita terus bina tahap per tahap, sambil diberi pengetahuan tentang kejujuran," katanya.

Selain itu, nilai kejujuran juga ditanamkan melalui pendidikan agama. "Di sela penyampaian materi pelajaran, para guru tidak sungkan menekankan pentingnya nilai kejujuran. Juga melalui pendidikan agama dengan mencontohkan sikap jujur Rasulullah," ujar Hasna.

Seorang siswa, Saadah mengatakan ujian umum tanpa pengawas, bisa membuatnya lebih tenang dan konsentrasi ketika mengerjakan soal.

Tidak ingin mencontek? Mendengar itu, Saadah hanya tersenyum. "Yang pasti bisa lebih konsentrasi. Mengerjakan soal juga lebih lancar," katanya.

Sedangkan Kepala SMPN 5, HM Azhari mengatakan gebrakan menanamkan kejujuran itu merupakan bentuk nyara motto UN: Prestasi yes, kejujuran harus. "Kejujuran itu harus dilatih. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?" tegasnya.

0 comments

Post a Comment