Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

| 0 comments ]

Puasa secara etimologis berarti menahan, yaitu menahan makan, minum, kegiatan seksual dan hal-hal lain yang bisa mengurangi atau membatalkan puasa. Sebagai ibadah individual, maka puasa merupakan ibadah yang hanya diketahui oleh pelaku dan Allah saja. Orang bisa berpura-pura puasa, padahal sebenarnya tidak. Bahkan, orang bisa melakukan puasa, tetapi tidak memperoleh pahala dari ibadah puasanya.

Puasa merupakan proses penyucian diri. Dari aspek ini, puasa memang merupakan instrumen untuk membangun kesadaran bagi manusia untuk selalu taat kepada Allah, sehingga akan membentuk sikap dan tindakan kesalehan ritual. Akan tetapi sesungguhnya puasa juga memiliki makna sosial, sebab puasa bisa menjadi instrumen untuk membangun kesadaran sosial.

Puasa akan mengarahkan sikap dan tindakan manusia untuk kesalehan sosial. Puasa yang dilakukan dengan keikhlasan yang tinggi tentu akan bisa mengantarkannya untuk memiliki kesadaran kritis tentang dunia di sekelilingnya. Kesadaran tersebut berupa pemahaman bahwa kelaparan, kehausan, dan menahan hawa nafsu ternyata bukan persoalan sederhana.

Melalui puasa, akan diketahui bagaimana rasanya menahan lapar, bagaimana rasanya menahan haus, dan bagaimana rasanya menahan semua hawa nafsu kemanusiaannya. Jadi, melalui puasa, akan dirasakan pengalaman yang selama ini tidak dihiraukannya. Melalui puasa yang dilakukan, maka akan timbul dampak tentang solidaritas sosial. Mereka akan menjadi sayang kepada sesamanya.

Jika ada orang yang lapar, akan tergerak hatinya untuk memberinya makan. Jika ada orang yang kehausan, akan muncul kesadarannya untuk memberikan minuman. Jika ada orang yang kesulitan, akan tergerak batinnya untuk mencari penyelesaian.

Puasa yang dilakukan dengan penuh keimanan, keikhlasan, dan perhitungan atau imanan wa ihtisaban, maka akan mengantarkannya kepada kesadaran baru tentang pentingnya membangun solidaritas sosial secara tuntas di dalam kehidupan. Dengan demikian, puasa tidak hanya mengandung dimensi ritual an sich, tetapi juga mengandung makna kesadaran sosial.

Puasa yang benar adalah ketika puasa tersebut dapat menjadi instrumen di dalam kerangka untuk menyayangi sesama manusia, sebagaimana yang bersangkutan menyayangi dirinya sendiri. Dengan demikian, puasa akan menjadi bermakna ketika puasa yang dilakukan dapat membangun kesadaran baru tentang pentingnya membangun ritualitas yang saleh dan sekaligus juga membangun sosialitas yang saleh. Wallahu a'lam bi al shawab.

Nur Syam
Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya
Read More...

| 0 comments ]

Ibadah puasa Ramadhan memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT. Allah SWT akan memberikan pahala berlipat ganda sesuai dengan kualitas puasa yang dilakukan seorang hamba.

Semakin tinggi kualitas puasa hamba tersebut, maka semakin besar pula pahala yang ia dapatkan. Puasa dengan kualitas tinggi adalah puasa yang tidak sekadar menahan lapar dan dahaga. Rasulullah SAW bersabda, ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut, kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabraniy)


Apa makna di balik ini semua? Mengapa orang tersebut tidak mendapatkan apa-apa dari amalan ibadah puasa kendati telah susah payah menahan lapar dan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari?


Setiap muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa harus senantiasa mengingat bahwa ibadah puasa yang sedang ia jalani bukan sekadar untuk menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari, tetapi harus pula menjaga lisan dan seluruh anggota badan lain dari segala yang dilarang Allah SWT. Namun, bukan berarti ketika tidak sedang menjalankan ibadah puasa kita boleh melakukan hal-hal yang dilarang Allah SWT. Maksud dari hal ini adalah bahwa ancaman perbuatan maksiat itu lebih berat bila dilakukan pada saat menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini. Karena itu, ada tiga hal penting yang perlu kita perhatikan saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan agar memperoleh balasan dan keutamaan-keutamaan sebagaimana janji Allah SWT.


Pertama, setiap muslim harus membangun ibadah puasa di atas iman kepada Allah SWT dengan semata-mata hanya untuk mengharapkan ridha-Nya, bukan karena ingin dipuji atau sekadar ikut-ikutan orang lain. Jika puasa kita jalani dengan ikhlas, insya Allah kita akan mendapatkan pahala, dan terlebih dapat meraih tujuan utama dari puasa, yaitu meningkatnya ketakwaan kepada Allah. Namun, jika puasa kita tidak ikhlas dan hanya untuk tujuan-tujuan duniawi semata, maka yang kita dapat hanya rasa lapar dan dahaga saja. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan bagi setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Kedua, menjaga anggota badan dari hal-hal yang diharamkan Allah SWT, seperti menjaga lisannya dari dusta, gibah, gosip, dan lain-lain. Rasulullah SAW bersabda mengenai hal ini, ”Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah SWT tidak peduli dia meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)


Ketiga, bersabar untuk menahan diri dan tidak membalas segala bentuk ejekan dan hinaan yang ditujukan kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Puasa adalah tameng, maka apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah dia berkata kotor dan janganlah bertengkar dengan mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti, maka katakanlah saya sedang berpuasa.” (HR. Muslim)


Dari tiga uraian di atas kita dapat memetik hikmah bahwa sesungguhnya puasa itu merupakan wahana pelatihan bagi kita kaum muslim agar terbiasa taat kepada Allah SWT dan memiliki akhlak mulia dalam diri. Puasa itu ibarat sebuah pakaian bagi kita. Jika kita selaku pengguna pakaian menjaganya dari noda dan kotoran, maka tentu pakaian tersebut akan memperindah penampilan kita. Demikian pula ibadah puasa, kita tidak akan mendapatkan faedah apa-apa dari ibadah puasa yang kita jalani apabila kita tidak mampu menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengurangi atau menghilangkan pahala puasa.


Harus diakui bahwa masih banyak di antara kita yang terjebak pada rutinitas ibadah puasa semata. Puasa tidak lain sekadar menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selebihnya, tetap bersikap merugikan orang lain, bermalas-malasan, dan tindakan-tindakan lain yang hanya memuaskan hawa nafsu pribadi.


Untuk itu, saya ingin mengajak kita semua untuk menjadikan ibadah puasa Ramadhan sebagai momentum untuk mengubah pola pikir (mindset) tersebut. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam kesenangan sesaat.
Read More...

| 0 comments ]

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang nilainya sangat tinggi karena Allah sendiri yang menganugerahkan balasannya, sehingga bila tidak menjalankannya berarti orang kehilangan keutamaan yang besar. Ia merupakan kewajiban atas setiap muslim yang mukallaf, kecuali ia sakit atau musafir atau semakna dengan salah satu dari keduanya yang diberi rukhshah (keringanan) untuk berbuka, namun wajib mengqadhanya di hari yang lain. Pekerja keras bukan termasuk dalam kategori orang yang diringankan untuk berbuka puasa. Berat atau ringannya pekerjaan bukan sebab yang meringankan orang untuk berbuka.

Pekerja keras bila merasa berat menjalankan puasa, agar berusaha mencari pekerjaan lain yang memungkinkannya berpuasa dan mencari nafkah sekaligus atau waktu kerjanya dialihkan ke malam hari. Bila ia tidak menemukan pekerjaan ringan sedangkan ia wajib menafkahi dirinya dan keluarganya, maka ia harus mencoba dulu berpuasa dan wajib berniat puasa sejak malam hari, kemudian bekerja seperti biasa dalam kondisi berpuasa. Bersahurlah dengan porsi makanan yang menguatkan dan menjaga stamina tubuh.

Ketika ia mengalami kesulitan dan benar-benar tidak mampu melanjutkan puasa dengan isyarat tanda-tanda awal yang muncul pada fisiknya, seperti lemas sekali dan kehilangan tenaga, pada kondisi demikian ia boleh berbuka, namun wajib mengqadhanya di hari lain. Dalam kondisi tetap kuat berpuasa dan tidak mengalami kesulitan, maka wajib atasnya untuk meneruskan dan menyempurnakan puasanya hingga tenggelam matahari.
Read More...

| 0 comments ]

Bulan suci Ramadan adalah bulan yang penuh rahmat dan berkah. Disebutkan dalam hadist Rasulullah Muhammad SAW bahwa barang siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, akan diampuni dosa-dosanya. Di bulan yang penuh berkah ini, ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan, mulai dari berpuasa di siang hari, menunaikan salat tarwih di malam hari, hingga itikaf dan mencari datangnya Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan dan diakhiri dengan zakat lalu Salat Idul Fitri di awal Bulan Syawal.

Ditegaskan dalam hadist Rasulullah Muhammad SAW, barang siapa yang mendapatkan Lailatul Qadar di bulan suci Ramadan, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak 1000 bulan. Demikian halnya dengan yang melakukan itikaf akan mendapatkan pengampunan. Oleh karena itu, di bulan Ramadan ini, ada baiknya sebagai seorang Islam yang kaffah, perlu mencanangkan 6 sukses Ramadan. Sukses puasanya, sukses salat tarwihnya, sukses baca Alqurannya, sukses itikafnya, sukses lailatul qadarnya, dan sukses zakatnya.

Dengan segudang keutamaan bulan penuh rahmat tersebut, maka semestinya publik tidak mencederainya dengan berbagai kegiatan yang tidak mendatangkan manfaat. Akhir – akhir ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi (IT), ada banyak kegiatan yang justru memberikan banyak mudharat ketimbang manfaatnya. Salah satunya adalah sinema elektronik (sinetron) yang banyak ditayangkan oleh stasiun sistem jaringan (SSJ) atau TV swasta yang banyak menyita waktu, dan yang menjadi korban adalah ibu rumah tangga (perempuan), anak dan remaja.

Banyak yang berpendapat sinetron yang ditayangkan oleh seluruh SSJ, tidak berkualitas dan banyak diantara sinetron tersebut yang justru tidak pro sosial, yakni hanya menghadirkan beragam sensasi (full sensation) dengan selling point berupa adegan kekerasan dan pornografi. Sinetron berkedok religi-pun justru tidak sedikit yang sarat dengan kekerasan, pornografi, dan mistik yang menggiring khalayak pada kemusyrikan, yang oleh Hidayat Nahwi Rasul dikatakan sebagai pengkerdilan karakter, dan berujung pada terciptanya generasi cacat moral (tuna moral).

Sejumlah lembaga, seperti Yayasan SET, TIFA, dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) telah melakukan riset perihal keberadaan sinetron di TV dan melaporkan bahwa program sinetron lemah dalam meningkatkan empati sosial, tidak memberikan model perilaku yang baik, banyak adegan kekerasan, dan tidak bebas pornografi.

Penelitian yang dilakukan tahun 2008 dan 2009 tersebut melibatkan 220 responden di 11 kota di Indonesia, antara lain Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Denpasar, Batam, Pontianak, dan Palembang menyebutkan bahwa tema sinetron tidak relevan dengan kenyataan masyarakat, tidak ramah anak, tidak ramah lingkungan, bias jender, dan tidak berpihak pada kepentingan publik. Sinetron hanya mampu menghibur tanpa menghadirkan perilaku-perilaku yang mendidik.

Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh seorang mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan mengambil masalah hubungan menonton sinetron tersanjung dengan tingkat agresifitas penonton, dengan obyek penelitian ibu rumah tangga. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara menonton sinetron dengan sikap agresifitas ibu RT. Penonton dengan tingkat intensitas dan durasi menonton sinetron tersanjung yang tinggi mempunyai tingkat agresifitas yang tinggi pula. Perilaku (cara bertindak) dan cara bertutur para pemain sinetron seringkali mengilhami perilaku dan tindak tutur anak, remaja, dan orang dewasa untuk tidak pro sosial.

Dengan dampak negatif itulah maka MUI mendukung langkah strategis KPI Pusat dan KPI Daerah untuk melakukan teguran, pemberian sanksi, hingga pada penghentian mata acara acara sinetron yang mengandung banyak masalah, seperti pornografi, kekerasan, dan tidak pro pada kepentingan dan pencerahan publik. Dampak negatif itupulalah yang mengilhami pengurus teras NU beberapa saat yang lalu untuk memfatwakan bahwa menonton sinetron adalah haram.

Alasan anti sosial itu pulalah yang menginspirasi manajemen (pemohon) PT. Sakti Makassar Televisi berkomitmen untuk tidak menayangkan sinetron dalam program siarannya. Demikian terungkap dalam Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) PT. Sakti Makassar Televisi sebagai salah satu proses untuk memperoleh Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) pada Sabtu, 30 Juli 2011 di Makassar Golden Hotel yang dihadiri oleh unsur tokoh masyarakat, tokoh pendidikan (akademisi), pemuda, masyarakat marginal minor, tuna netra, Pemda Takalar, Kepolisian, dan menghadirkan akademisi dan praktisi sebagai pembahas/penanggap dalam EDP tersebut, yang dihadiri seluruh komisioner KPID Sulawesi Selatan.

Saatnya Diet Sinetron

Sinetron sebagai salah satu mata acara yang menjadi primadona seluruh SSJ (TV swasta) dan diganrungi oleh ibu-ibu rumah tangga memberikan dampak positif dan negatif, tapi yang menjadi masalah klasik adalah dampak negatifnya lebih menonjol ketimbang dampak positifnya. Sinetron sebagai primadona sebagian lembaga penyiaran swasta, namun permasalahannya juga pelik bukan hanya jalan cerita yang terlalu berbelit-belit namun sekaligus menciptakan budaya kekerasan verbal dan non verbal. Kualitas isi ceritanya hanya seputar soal perebutan harta, pelecehan terhadap tatanan moral dan budaya termasuk perselingkuhan, hubungan di luar pernikahan sampai dengan penghinaan terhadap orang tua, guru-guru dan kaum marginal (Widianti, Ezki TR, 2011).

Tayangan yang ada di televisi, termasuk sinetron, ada yang masuk kategori aman, hati-hati, dan tidak aman. Acara yang aman adalah acara yang karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami, dan anak-anak boleh menonton tanpa didampingi oleh orang tua. Acara yang adalah isi acaranya mengandung unsur kekerasan, seks, dan mistik, namun tidak berlebihan. Tema dan jalan cerita mungkin kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi saat menonton. Acara yang tidak aman, yaitu isi acara yang banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistik secara berlebihan dan terbuka. Daya tarik utama ada pada adegan-adegan tersebut, sehingga sebaiknya anak-anak jangan menonton acara tersebut.

Dengan demikian, maka orang tua semestinya mendampingi anak ketika mereka menonton, atau menempatkan TV di ruangan yang mudah dikontrol sehingga dampak buruk media TV tidak merusak generasi muda bangsa ini dari tayangan-tayangan yang tidak pro sosial. Materi dan isi tayangan di televisi diibaratkan peluru atau jarum suntik yang ditembakkan ke sasaran, sehingga sasaran tidak dapat menghindar. Ini dimaksudkan bahwa peluru dan jarum suntik memiliki kekuatan yang luar biasa didalam upaya “mempengaruhi” pemirsanya. Inilah yang kemjudian disebut teori jarum suntik, yang melandasi teorinya pada teori stimulus-response (Rasyid, Mochamad Riyanto, 2011).

Dengan adanya peniruan yang dilakukan oleh penonton, apakah itu anak-anak, remaja, dan ibu rumah tangga, akan berdampak pada olah pikir (kognitif), olah prilaku, dan olah tindak. Tidak sedikit anak yang anti sosial terhadap teman bahkan kepada orang tuanya sekalipun, akibat melihat tontonan yang tidak mendidik di televisi, seperti tontonan film kartun, dan sinetron itu sendiri. Demikian halnya dengan ibu rumah tangga yang menghabiskan sebagian waktunya untuk duduk di depan televisi sehingga kurang menghiraukan keperluan dan keberadaan sang suami tercinta. Tidak sedikit ibu rumah tangga yang lupa menyajikan menu kesukaan suaminya akibat duduk berjam-jam di depan layar kaca, bernama televisi tersebut. Banyak juga diantara ibu-ibu yang tidak lagi sempat memoles dan mempercantik diri demi untuk menyenangkan sang suami tercinta.

Demikian halnya, di bulan suci Ramadan, khalayak terutama anak, remaja, dan ibu rumah tangga membuang banyak waktu di depan televisi, padahal sesungguhnya bulan penuh rahmat tersebut hendaknya diisi dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat, seperti membaca Alquran, menunaikan salat dhuha di pagi hari, dzikir (ingat kepada Sang Khalik), dan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah lainnya, bukankah kita tahu bahwa amalan di bulan suci Ramadan dilipatgandakan hingga tak terhingga oleh Allah. Membaca buku pelajaran bagi anak dan remaja, juga perlu ketimbang membuang waktu nonton televisi. Membaca dan menulis bagi guru, dosen, dan profesional lainnya, lebih bermanfaat daripada hanya duduk berjam-jam di depan televisi sekedar menunggu waktu berbuka puasa. Dengan demikian, anak, remaja, dan orang dewasa akan semakin matang dalam berpikir dan bertindak, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itulah sebabnya kampanye “diet sinetron” perlu dilakukan, dan semestinya pengelola industri lembaga penyiaran, khususnya televisi menghadirkan program ramah keluarga di bulan suci Ramadan ini.

Sukardi Weda
Read More...

| 0 comments ]

Sejalan dengan bulan Ramadhan, para siswa sekolah di DKI Jakarta akan diliburkan pada awal Ramadhan, yaitu terhitung mulai dari tanggal 1 hingga 3 Agustus mendatang.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto, libur di awal Ramadhan merupakan tahap adaptasi bagi para siswa sekolah tersebut. "Menjelang Lebaran, siswa juga akan diliburkan selama enam hari sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri," kata Taufik di Jakarta, Rabu (27/7/2011).

Tidak hanya libur, jam belajar untuk para siswa juga dikurangi selama Ramadhan. Nantinya, setiap jam pelajaran akan dikurangi selama 10 menit dari 45 menit tiap jam pelajaran.

Dengan kata lain, selama Ramadhan setiap jam pelajaran hanya 35 menit. "Berarti, jika dalam sehari ada delapan jam pelajaran, waktu sekolah jadi lebih singkat 80 menit. Jadi tidak banyak, dalam sehari jam belajarnya hanya berkurang sekitar 1 jam," ujar Taufik.

Semua jenjang pendidikan sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah atas, jam pelajaran dikurangi. Meski begitu, ia berharap siswa tidak menjadi lemas dan beralasan untuk bermalas-malasan karena puasa.

"Harus dipahami, belajar juga bentuk ibadah, jadi harus tetap dilakukan dengan semangat," tuturnya.

Selama Ramadhan, Dinas Pendidikan juga menggelar berbagai kegiatan untuk mengisi bulan suci ini, antara lain, lomba MTQ tingkat SD-SMA, menghafal Al Quran, dan lomba dai bagi guru dan marawis.


Kebijaksanaan Libur

Dinas Pendidikan Jakarta memberikan kebijakan di bulan Ramadhan 1432 H peserta didik tidak libur sepanjang bulan puasa. Dinas Pendidikan memberikan libur awal puasa sekitar tiga hari, tetapi nanti menjelang lebaran para siswa libur lagi.

Libur hanya diberlakukan pada awal puasa dengan harapan agar anak didik mengerti, bahwa belajar adalah ibadah, dan puasa bukanlah halangan untuk belajar. Libur Sekolah Awal Ramadhan ditetapkan Hanya Tiga Hari.

Untuk menjaga kekhidmatan ibadah puasa bagi umat Muslim, seluruh tempat hiburan yang berada di Jakarta diwajibkan tutup pada 31 Juli-2 September 2011. Hal ini disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar, Kamis (28/7/2011), di Polda Metro Jaya.
Read More...

| 0 comments ]

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta akan memberlakukan peraturan khusus tentang kegiatan belajar mengajar selama Ramadhan, yakni pengurangan selama 10 menit untuk setiap jam pelajaran.

"Pengurangan jam pelajaran tersebut berlaku untuk semua jenjang sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Ashrori, di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, pengurangan jam pelajaran tersebut telah diatur melalui Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Nomor 451/Sekret/2884 yang telah dikirim ke seluruh sekolah dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat.

Ia mencontohkan satu jam pelajaran untuk tingkat SD biasanya berlangsung selama 35 menit, namun selama bulan puasa hanya akan berlangsung selama 25 menit, begitu pula untuk tingkat SMP akan berlangsung 30 menit, dan untuk SMA berlangsung selama 35 menit.

Keputusan pengurangan jam pelajaran itu, kata dia diharapkan dapat memberikan situasi yang kondusif bagi siswa dalam menjalankan ibadah puasa, selain untuk mendukung agar ibadah puasa mereka tetap berjalan dengan baik.

Selain melakukan pengurangan jam pelajaran selama bulan puasa, Dinas Pendidikan juga meminta sekolah untuk meningkatkan kegiatan keagamaan, seperti mengadakan pesantren kilat, pengumpulan zakat atau kegiatan lainnya.

"Sedangkan bagi sekolah milik yayasan non Islam, diminta untuk menghormati pelaksanaan ibadah umat muslim dan menjaga agar tetap kondusif," katanya.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga mengatur waktu libur Ramadhan dan hari raya, yaitu libur awal Ramadhan pada 30 Juli hingga 2 Agustus, libur akhir Ramadhan pada 23-29 Agustus, sedangkan libur Lebaran pada 1-7 September 2011.

Sejumlah upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan ibadah puasa adalah dengan mengeluarkan aturan mengenai larangan buka bagi empat jenis tempat hiburan malam, yaitu diskotek, karaoke dengan ruangan VIP, pijat shiatsu dan juga permainan ketangkasan.

Pemerintah juga mengatur jam buka tempat hiburan lain seperti kafe dan karaoke yang boleh beroperasi setelah pukul 22.00 WIB.

Pemerintah belum menetapkan awal Ramadhan, namun salah satu organisasi Islam yaitu Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan pada 1 Agustus, dan 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011.

Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN dan RB) mewanti-wanti PNS tidak boleh meremehkan pekerjaan selama beribadah puasa Ramadhan. Selama satu bulan, jam pelayanan masyarakat tidak boleh dipangkas atau disunat. Pelayanan dalam sepekan tetap 37,5 jam.


Sekretaris KemenPAN dan RB Tasdik Kinanto menuturkan, ketentuan jam kerja PNS dalam melayani masyarakat tersebut sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin PNS. Tasdik menegaskan, menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan tidak lantas menjadi alasan mengurangi jam pelayanan masyarakat tersebut.

Libur Ramadhan di Banjarmasin Cuma Dua Pekan

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarmasin kemarin menetapkan masa libur Ramadhan 1432. Selain murid TK dan SD kelas 13 yang diliburkan satu bulan penuh, 31 Juli-4 September 2011, siswa SD kelas 4-6, SMP, SMA dan SMK hanya mendapat jatah dua pekan liburan. Yakni mulai 31 Juli-14 Agustus.

"Untuk SD kelas 4-6 masuk kembali pada 15-17 Agustus. Sedangkan siswa SMP, SMA dan SMK masuk pada 15-20 Agustus," sebut Syarwani, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdik Kota Banjarmasin.

Dikatakannya, masa belajar selama bulan puasa diisi dengan kegiatan pesantren Ramadhan.
Secara terpisah, satu siswi SMA PGRI 6, Nita, mengaku antara gembira dan tidak menyambut libur Ramadhan kali ini. Baginya dan keluarga, libur Ramadhan memang diperlukan untuk lebih khusyuk dalam beribadah.

Namun, jika libur yang ditetapkan terlalu lama, Nita mengaku takut bosan di rumah. Jika ada kegiatan di sekolah, katanya malah membuat ibadah puasanya jadi tak terasa. "Kan kalau sama-sama teman, puasa jadi tidak terasa," katanya, kemarin.

Siswi SMPN 3, Putri, mengaku bakal menghabiskan liburan di rumah. Libur panjang yang ada, bakal dimanfaatkannya untuk belajar lebih mengenai bulan suci. Kegiatan bersama keluarga bakal jadi pengisi Ramadhan. "Tiap hari salat berjemaah dan mengaji bersama," katanya.

Sementara itu, guru SMKN 4, Masni, mengatakan, menjelang libur Ramadhan dia mempersiapkan untuk memberikan pembekalan kepada siswanya.

Copyright@www.enersi.com All rights reserved, written by Drs. Asep Dewan, SH
Read More...