| 0 comments ]

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh berharap ujian nasional (UN) di masa depan bisa digelar secara online lewat akses internet di sekolah. Saat ini, efektivitasnya masih diuji terlebih dulu melalui program Try Out UN Online.

"Kita tunggu saja hasil evaluasi Try Out online yang digelar Telkom. Kalau soal anggaran tidak usah ditanyakan. Berapa butuhnya, nanti saya bayar, kita kan punya anggaran triliunan," kata Nuh di sela try-out online di gedung Telkom.

Berdasarkan keterangan tertulisnya, Senin (15/3/2010), program Try Out Online ini digelar Telkom mulai 15 hingga 20 Maret 2010. Sedangkan ujian nasional dijadwalkan pada tanggal 22 hingga 26 Maret 2010.

Telkom sendiri diharapkan dapat mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mencapai tingkat kelulusan yang lebih tinggi.

Try Out UN Online baru dilakukan di enam kota di wilayah barat, seperti Sumatera, Jabodetabek, dan Jawa Barat. Namun tak menutup kemungkinan akan menjangkau seluruh daerah di tanah air.

"Kita lakukan secara bertahap sebab Indonesia ini luas. Bayangkan ada berapa jumlah sekolah di negara kita. Kalau langsung diterapkan ke semua daerah, jaringan kita bisa down," seloroh Direktur Network Solution Telkom, Ermady Dahlan.

Namun, ia punya harapan agar program yang jadi inisiatif Telkom ini dapat menjadi program rutin Kementerian Diknas. "UN secara resmi akan dilakukan mulai tanggal 22 Maret nanti, artinya tinggal tinggal beberapa hari lagi. Ya, kita tunggu program ini efektif atau tidak," ujarnya.

Menurutnya, jika evaluasi nanti hasilnya cukup memuaskan, pemerintah akan coba menerapkannya secara nasional. "Kalau semua murid di Indonesia jadi pintar, Telkom juga yang akan diuntungkan. Penggunaan internet Speedy akan tumbuh pesat," tandas Ermadi.
Read More...

| 0 comments ]

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menegaskan, Ujian Nasional (UN) akan tetap berjalan.

Hal tersebut disampaikan Mendiknas usai membuka Seminar Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca Tahun 2009 di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (14/12/2009) .

Mendiknas menyampaikan sejarah mengenai UN. Mendiknas menuturkan, sebelum Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1972 ada ujian negara yaitu satu ujian secara nasional yang menyelenggarakan negara. Mendiknas menyebutkan, pada saat itu tingkat kelulusan antara 30-40 persen. Sejalan dengan itu, lanjut Mendiknas, pada tahun 1969 dimulai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang salah satu programnya adalah menaikkan angka partisipasi kasar (APK). "Yaitu mendorong anak-anak supaya dia bisa melanjutkan sekolah. Oleh karena itu dibangun SD Inpres. SD yang didasarkan atas instruksi presiden supaya dia bisa masuk ke sekolah," katanya.

Lebih lanjut Mendiknas menjelaskan, karena jumlah siswa yang tidak lulus banyak di ujian negara maka kesempatan orang bersekolah menjadi terbatas. "Melihat kondisi itu, kemudian dibuat kebijakan baru ujian sekolah yaitu kelulusannya diserahkan kepada sekolah, " katanya.

Mendiknas mengatakan, kebijakan yang kemudian diterapkan selama 20 tahun ini berdampak siswa lulus semua. "100 persen semuanya lulus. Oleh karena itu muncul yang namanya Ebtanas," ujarnya.

Mendiknas menyebutkan, Ebtanas adalah kombinasi antara ujian negara dengan ujian sekolah. Pada Ebtanas nilai siswa ditentukan menggunakan rumus PQR yaitu gabungan dari nilai rapor, ujian sekolah, dan ujian nasional. "Hasilnya ternyata ujian yang diselenggarakan oleh nasional tadi itu dengan ujian yang diselenggarakan oleh sekolah ada gap yang luar biasa dan akibatnya juga lulus semua," katanya.

Mendiknas mencontohkan, pada mata pelajaran yang sama seorang siswa yang diuji secara nasional mendapatkan nilai tiga, tetapi di ujian sekolah mendapatkan nilai delapan. "Jadi tadi itu mulai murni negara sudah, ditambah lagi murni sekolah juga sudah, dikombinasi dengan ujian sekolah juga sudah. Nah sekarang ini mata pelajarannya tertentu saja yang diuji oleh negara, yang lain sekolah yang menentukan," katanya.

"Jadi apa yang diperdebatkan oleh orang-orang sekarang serahkan kepada sekolah itu sudah dilakukan tahun 1972 dulu. Hasilnya jeblok, lulus semua. Munculah yang namanya seratus persenisasi. Lho kok sekarang mau ditarik lagi berarti kembali kepada (tahun) 1972 yang lalu, " kata Mendiknas.

Mendiknas mengimbau kepada peserta didik untuk siap menghadapi ujian dan tidak terjebak pada perbedaan-perbedaan pendapat. "Orang yang paling baik adalah orang yang paling siap. Oleh karena itu, tugas utama guru mengajar, tugas utama murid adalah belajar. Kalau kita sudah siap, diuji oleh siapapun tidak ada masalah," katanya.

Mendiknas mendorong supaya siswa tahan banting dan mempunyai semangat yang tinggi. "Bagi saya tidak perlu dipertentangkan antara apakah itu pemetaan dan kelulusan," ujarnya.

Terkait usul untuk menjadikan UN hanya sebagai standar, Mendiknas mengatakan, kalau hanya dijadikan standar tidak melekat pada nilai itu pada orang per orang maka bisa menjadi bias lagi. "Sampeyan ujian negara, tidak saya pakai untuk menentukan kelulusan. Sampeyan akan menjawab sembarang ya kan? Wong nda menentukan, nda ada apa-apa nya. Berarti akan ada bias lagi. Kenapa harus kita kontroversikan? jauh lebih baik, sudah disamping untuk mementukan (kelulusan) juga untuk standar," ujarnya kepada media.
Read More...

| 0 comments ]

Tuntutan era globalisasi yang menjadikan informasi sebagai sumberdaya percepatan perilaku ekonomi, politik, sosial, dan budaya, menyebabkan arus dan daya serap informasi dilakukan melalui media elektronik yang serba cepat pula.

Konteks globalisasi ini juga tidak terhindarkan dalam kebijakan yang terkait dengan tata kelola (governance) kelembagaan. Informasi-informasi yang terkait dengan kebijakan-kebijakan pembangunan pendidikan harus secara serta merta menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan perubahan masyarakat lokal dalam prospektif global yang serba cepat pula. Kaidah think globally, act locally adalah salah satu cerminan tentang bagaimana informasi di kawasan dunia dan antar negara memiliki peluang yang sangat cepat untuk merubah perilaku budaya lokal setempat melalui penetrasi informasi.

Karena obyek pembangunan pendidikan adalah masyarakat sebagai entitas suatu bangsa, maka informasi yang disampaikan juga harus merupakan media komunikasi yang mengandung makna pendidikan dan pembelajaran, sehingga perubahan perilaku yang diakibatkannya merupakan perubahan perilaku kolektif dari suatu bangsa dalam proses membangun.

Untuk menjawab tantangan inilah laman blog Ujian Nasional Online dapat dijadikan salah satu sumber informasi pendidikan dan pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi positif dalam merubah perilaku membangun bangsa agar memiliki perilaku membangun yang sarat dengan pengetahuan (knowledge based society).
Read More...